#cincongbacotcahrakmutu

blog ini hanya diperuntukkan bagi semua orang yang gak takut cacimaki, yang brani gila, brani mbacot, bagi yang merasa waras dilarang membaca

ayah bunda

ayah ...

Seneng banget punya kamu, gak ada ayah lain yang bisa menggantikan posisimu dalam hidupku, gak ada yang bisa seperti kamu. Masih ingatkah kapan terakhir kali kau menggendongku? Masih ingatkah kapan terakhir kali aku menggenggam tanganmu? Kapan terakhir kali kau mengingat hari ulang tahunku? Atau kapan terakhir kali kita bisa menghabiskan waktu bersama dengan jalan-jalan? Bukankah semua itu hanya menjadi kenangan, yang entah teringat atau tidak kan tetap ada di hari kita.

Sekian tahun kita lewati bersama, kau masih seperti yang dulu. Tidak, sekarang jauh lebih baik. Hanya saja sangat sedikit waktu kita lewati. Kau sibuk dengan duniamu, aku pun begitu. Mungkin karena kau menua, dan aku tumbuh dewasa. Dan pemikiran kita berbeda.

Maafkan aku, karena ku bukan lagi malaikat kecilmu. Ku punya jalan yang kupilih, yang harus kutempuh. Kutak bisa menjadi apa yang kau mau, ku hanya berusaha menjadi yang terbaik.

Aku lupa, kapan terakhir kali aku memandang wajahmu, menatap matamu. Ketika melihatnya, aku tahu, kau begitu tersakiti. Entahlah, matamu yang mengatakan begitu. Kau tak pernah bercerita, atau pun berbagi kisahmu. Kini aku tahu, kau dan aku serupa, bahwa kita hidup dalam diam, memendam rasa.

Ayah, terima kasih, karena engkau ada untukku ...

bunda ...

Apa kabar? Semoga kau selalu sehat dan bahagia dimanapun dirimu berada. Aku tahu kau tak mungkin lupa padaku. Hanya singkat waktu yang kita miliki, tapi sudah cukup bagiku untuk mengucapkan terima kasih. Tanpamu, kutak mungkin hirup nafas dunia, cecapi aneka rasa kehidupan.

Maafkan aku, karena jujur, kadang aku lupa padamu, mengacuhkanmu. Semua karena terbiasa, terbiasa tanpamu. Aku lupa hangatnya pelukmu, bahkan senyum dan wajahmu. Aku tahu, kau berusaha berjuang untukku, meski kegagalan tak bisa ditolak.

Maafkan aku, aku bahkan tak bisa lukiskan senyum di wajahmu. Aku tahu, mungkin aku bukan anak baik, terkesan durhaka karena tak mengakui kehadiranmu. Tapi, sungguh aku sayang padamu, aku hanya tak tahu cara mengatakannya.

Hatimu terluka, aku bisa rasakan, karena kita wanita. Syukurlah karena kau telah temukan bahagiamu, meski bukan di sisiku, ku terima. Hidup bukan untuk masa lalu, aku percaya kau bisa lewati semua ini dengan semangat yang tak pernah pudar.

Bunda, terima kasih, karena engkau menjadi ibu bagiku ...

ayah bunda ...

Kalian berbeda, semua orang tahu itu. Tak apa, jangan salahkan perbedaan itu. Aku tak ingat lagi kapan terakhir kali kalian bersama, melewati waktu dan menjalani hari berdampingan. Hanya kenangan yang tersisa. Kuharap kalian masih ingat itu.

Aku disini selalu berharap dan bermimpi, bahwa kita akan bahagia bersama. Aku senang melihat kalian bahagia, tapi air mataku terus saja mengalir. Meski terpisah, bukankan kita masih berada di bawah langit yang sama?

Hei, dimana aku bisa mencari senyuman kalian? Aku rindu ...

Lihat anak-anak di luar sana. Aku senang sekaligus iri, karena kutak miliki kebersamaan itu. Aku ingin punya ayah dan ibu seperti mereka. Aku ingin punya kenangan yang menyenangkan. Bisakah kudapatkan kembali semua yang hilang itu?

ayah, bunda...

sepi ini membunuhku

Cilacap, lupa tanggal :)

20.06.11

"Liaison Officer Forever"
by : Melanie Subono

Have fun reading & enjoy!

Sebuah kalimat yang singkat dan cukup membius! hahaha...
Gak nyangka kalo saat itu aku berada di sana. Bertemu seseorang yang sebelumnya gak aku kenal, tapi diidolakan banyak orang. Thanks to my friend, Susi.

Lagi-lagi terjebak dalam suasana asing. Orang-orang baru yang bisa dibilang jauh dari jangkauan penglihatan. Begini, ketika aku menilik dalam diriku dan kemudian melihat ke arah mereka, betapa aku merasa begitu kecil dan bukan siapa-siapa. Apa lagi pas liat mba Mel berdiri dan berbicara di depan, wahh gue langsung ciut. Trus kalo dipikir, ternyata kemandirianku tuh masih kurang dan ternyata selama ini aku gak belajar dengan baik. Bahasa Inggris gue JEBLOK!! hahaha...

Well, mba Mel bilang jangan berhenti bermimpi. Kedengarannya menyenangkan. Tiba-tiba ada power lebih yang masuk dalam diriku waktu denger sharing dari mba Mel lewat LO CLASS kemarin itu. Juga lewat bukunya, Liaison Offecer Forever. Tapi, entah kenapa dewi fortuna tuh masih enggan berpihak sama aku, bukan karena gak dapet dreampass, masalahnya adalah aku menerima sms demikian, "ngapa nang kana? golet tai garing apa? angger ngesuk ora bali, awas koe", gak lucu banget!! Otomatis semangatku langsung down, dan mimpi cuma tinggal mimpi. Aku kembali ingat bahwa aku boleh bermimpi tapi tak boleh berharap lebih, hanya mimpi, CUMA MIMPI!!

Sempet aku harap, orang itu (yang kirim sms) mati aja. Langsung deh pikiran jelek itu muncul lagi. Berharap jadi anak yatim piatu aja, percuma juga punya keluarga, tiada guna. Bosen jadi anak baik-baik. Berbuat baik, salah. Melakukan hal yang disukai harus ada aturan. Padahal gak pernah jadi bad girl. Selalu nurut apapun perintah yang berkuasa. Dan gak pernah yang namaya membangkang atau pun menuntut macam-macam. Meski begitu masih aja disalahkan. Selalu dapat hinaan. Salahku juga gak bisa ngelawan, gak bisa bales kata-kata kasar itu, karena ujung-ujungnya tangan melayang, muka jontor! Trauma masa lalu gak bisa ilang, sedikit ancaman aja udah bikin hatiku menangis. Kalau membunuh itu dianjurkan, mungkin udah banyak orang yang kubunuh, terutama keluargaku sendiri.

Kadang muncul pemikiran begini, mending aku mati aja. Potong nadi kayaknya asik, gantung diri keren juga tuh. Terjun bebas, ok juga. Minum racun kayaknya enak. Kayak sinetron bangetlah, kabur dari rumah, pokoknya menghilang dan gak pernah kembali. Tentu aja, sampai sekarang aku belum pernah melakukan itu. Aku tak punya keberanian untuk melawan, selain itu aku takut dibenci Bapaku. Tapi, aku tak pernah habis pikir, kenapa cuma aku yang mengalamai hal itu? Kenapa aku tak pernah diberi kesempatan untuk bernafas lega?

Mendengar cerita mba Mel tentang pengalamannya sebagai LO, aku mencoba berpikir positif tentang hidupku. Aku harus tetap bisa merajut senyuman meski hatiku remuk dan hancur. Seperti seorang LO menghadapi para artisnya, mungkin aku juga bisa begitu. Tetap berlari meski berkali-kali terjatuh, tetap bermimpi meski berkali-kali mengalami kehancuran.

Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat dan mimpi-mimpi itu akan berada dalam genggaman. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat sampai kesabaranku habis, hingga berlari tak mengenal ujung. Aku selalu mengalah untuk tetap dijajah, mungkin lain kali aku perlu mencoba peran antagonis, kadang-kadang pingin juga jadi penjajah. Aku perlu melakukan banyak hal sebelum aku mati. Hidup hanya satu kali, aku hanya perlu mencari tahu cara menikmatinya. Bagaimana denganmu?

Bila langit menangis, akulah yang pertama menangis bersamanya. Bila hujan turun, akulah yang pertama bermain dengannya.

I like sitting in the rain, then no one can see my tears...

Cilacap, 20 Juni 2011

KAMU IDOLA, AKU JADI FANSNYA

Nyenengin banget kalo lagi baca kisah hidup orang-orang sukses, selain nambah semangat bisa juga jadi bahan inspirasi. Yang paling penting bikin khayalan jadi makin tinggi, hahaa...

HAYALAN, salah satu kebiasaan yang sampai sekarang belum bisa kuhilangkan adalah berkhayal, dengan semua impian yang ku punya. Menyenangkan hidup dalam khayalan, tapi semakin lama jadi menakutkan, karena aku tak bisa menerima kenyataan yang ada, bahwa aku belum melakukan apapun dengan semua impianku itu. Why?

Kalau menyimak cerita yang ada, rasanya begitu mudahnya orang-orang itu bahagia. Mendapatkan apa yang mereka inginkan dan melakukan apa pun yang mereka mau tanpa beban. Secara kasat mata, itu lah yang kurasakan mengenai mereka. Pergi dari satu tempat ke tempat lain tanpa takut ada yang mengintai. Seolah begitu nikmatnya hidup yang mereka lalui. Seperti kisah yang kusimak hari ini tentang Melanie Subono, nama yang tiba-tiba hadir di siang bolong, sosok idola yang sama sekali tidak kukenal, atau Dian "Tutoo" teman baru yang hanya aku tahu namanya dan segelintir kisah hidupnya yang kudengar dari orang-orang, dan masih banyak lagi cerita lain yang tidak kuketahui tentang orang-orang sukses di luar sana, bagaimana perjuangan mereka untuk sampai di puncak. Mendadak mereka memenuhi pikiranku hari ini. Ya, hari ini.

Betapa aku begitu pengecut untuk melangkah maju. Betapa aku begitu takut melakukan perubahan. Betapa aku begitu lemah berperang dengan diriku dan keadaanku, juga kelemahan dan kekuranganku. Ah, tidak, aku hanya belum tahu caranya untuk terbang tinggi!

Bagaimana bisa aku terbang jika keluargaku enggan menjadi sayapku? Bagaimana mungkin aku melangkah jika kakiku penuh belenggu masa lalu? Suport, itulah yang kubutuhkan, dan sampai sekarang belum ketemukan.

Aku yakin, mereka bisa seperti itu karena 60% suport, 20% usaha, dan 20% doa. Selama ada suport pasti akan ada usaha, juga doa yang menyertai. Kalo dari awal hanya ada caci maki, jelas semangat mengendur dan usaha juga akan berkurang, doa juga gak berarti, karena Tuhan jadi tempat pelampiasan kemarahan juga kekecewaan.

Andai aku bisa seperti mereka...andai...andai...

Semakin banyak pengandaian yang muncul, semakin kabur kenyataan yang mungkin akan sulit dihadapi. Padahal jika mengingat-ingat arti keluarga adalah orang-orang yang dekat dengan kita, yang secara otomatis memberi kita perhatian dan cinta. Itu artinya bukan hanya keluarga kandung, tapi sahabat teman, atau bahkan orang yang hanya sekedar lewat dalam hidup kita.

So, mungkin kita harus memperbanyak pertemanan, memperbanyak persaudaraan dengan orang lain. Sebut saja idola. Ya, kita harus punya idola. Seseorang yang bisa kita jadikan panutan yang baik, paling tidak memberi efek positif dalam diri, mengembangkan semangat, memberi inspirasi untuk maju.

Siapa tahu di antara kita lahir Melanie-Melanie baru.
Well, Indonesia juga butuh pemimpin-pemimpin hebat tuk membangun bangsa.

Siap untuk maju?

Cilacap, . . .

"dream pass"

Jujur, kalo liat blog aku yang terbengkalai ini,,madan bosen, bisa dibilang aku memang BOSAN. Kadang kalo mau nulis, bingung mau nulis apa dan bagaimana, paling sulit memang harus mengungkapkan perasaan, itu kelemahanku, BICARA. Buat nulis satu kata aja harus mikir lama, takut salah, terlebih takut gak enak dinikmati, terutama untuk orang lain.

Pengen nyoba keluar dari zona kebiasaan yang udah mendarah daging, yaitu PENIKMAT. Menikmati tulisan orang lain memang menyenangkan, seolah kata-kata yang tertulis itu adalah suara hatiku. Bener banget! Memang sulit membebaskan jiwa yang kesehariannya berada dalam sangkar, yang buat terbang aja harus butuh izin. Jadi, gak bisa bener-bener memutuskan sendiri, kapan harus terbang dan dimana harus hinggap. Siapa sih yang seneng hidup dalam tekanan, sampai gak tahu harus berbuat apa dan menjadi apa.

Andai aku kayak mereka

Andai aku seperti itu

Andai aku memiliki semua itu

Banyak pertanyaan dan keinginanku, sempat membuat aku ingin menjadi orang lain, dalam hal ini adalah orang-orang yang beruntung itu, yang punya keluarga (meski cuma keluarga kecil) yang selalu mendukung langkahku, bukan hanya menyalahkan dan menghakimi. Tak masalah bagiku meski hanya kata, "ayo semangat, kamu pasti bisa", "kamu mau apa?mungkin aku bisa bantu?", "jadi itu keputusanmu, maaf ya, cuma ini yang bisa aku lakukan untukmu"...itu saja udah buat aku punya power lebih, bukannya malah menuding,"mau jadi apa di sana? di sini aja gak becus", atau yang lebih kasarnya, "ngapa nang kana, arep dadi kutis apa koe?" , intinya mereka menganggap rendah diriku terlebih lagi impianku. Bagaimana bisa membuktikan kalo diriku gak seperti yang mereka sangka jika mereka sendiri gak memberiku kebebasan untuk berekspresi, mencari jati diriku.

Bagiamana bisa aku mengenal siapa diriku jika aku gak diberi kesempatan untuk belajar?

Flash back ke masa silam ...

Ok, aku anak kedua dari dua bersaudara, kakakku laki-laki, dan kami berdua hanya tinggal dengan ayah, benar-benar bertiga. Saudara yang lain? Tak ada. Aku seorang wanita, di situlah kesalahannya, karena aku wanita, satu-satunya dalam keluarga. Apa yang salah jika aku wanita? Gerakku terbatas. Aku harus melapor kemanapun pergi. Keinginanku harus melalui persetujuan ayah dan kakak, dan apa pun keputusan mereka, aku tak boleh membangkang, meskipun itu bertentangan dengan hati nurani. Sekalipun mereka melakukan kesalahan, tetap dianggap benar. Mereka menanamkan istilah demikian dalam diriku, AKU SELALU SALAH DAN TAK ADA YANG BENAR DALAM DIRIKU.

Kesalahan kedua, kami adalah keluarga BROKEN HOME, lalu? Aku menjadi pelampiasan kemarahan kakak maupun ayah. Karena aku wanita, aku lemah. Aku tak pernah bisa melawan ketika mengalami kekerasan fisik. Aku selalu dipukuli jika melakukan kesalahan. Dan aku tetap tak bisa melakukan pemberontakan, sekecil apa pun. Itulah sebabnya aku hidup dalam ketakutan. Aku tak pernah bisa mengambil keputusan, karena aku takut. Menjadi pribadi yang minder. Mungkin hal yang paling menghambat langkahku dalam hidup adalah luka batin. Aku belum bisa melupakan rasa sakit itu.

Kecewa, marah, benci, dendam ...

Perasaan terabaikan, terbuang, dan tak dicintai, membuat hatiku membusuk cukup lama, aku butuh waktu menyembuhkan itu semua. Itu tidak mudah bagiku.

Well ...
Di sinilah aku sekarang. Dengan usiaku yang tak lagi muda. Meski belum dewasa, tapi aku bukan lagi anak kecil. Kuharap Tuhan memberiku banyak kesempatan untuk berekspresi. Aku percaya bahwa renca-Nya selalu indah. Dan saat inilah yang selalu kutunggu-tunggu. Melebarkan sayap dan terbang setinggi-tingginya. Mungkin inilah sebabnya masih ada nafas dalam nadiku. Setelah sekian banyak rasa sakit yang kulalui. Kuharap, aku masih bisa menikmati rasa sakit itu dengan cara yang lebih baik.

This is my dream pass ..

Untukmu, kalian, dan kita semua, inilah saatnya untuk melangkah. Jangan takut untuk memberontak demi kebahagiaanmu. Karena hanya kamu yang tahu mana yang terbaik untuk dirimu. Hilangkan rasa takutmu dan larilah! Meski ayah, ibu, kakak, dan saudara-saudaramu melupakanmu, percayalah Dia tak pernah meninggalkanmu.

GO AHEAD!!


Cilacap, lupa tanggal (dasar pelupa!!)

ini pertama kalinya aku kembali menulis setelah sekian lama vakum
pada dasarnya emang ga pinter nulis sih
mengalami beberapa perubahan psikis setelah beralih menjadi seorang wanita
yang jelas beranjak dewasa
cie cie cie . . .